Peristiwa runtuhnya tembok Berlin tahun 1989 adalah sebuah perubahan yang terjadi akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi. Sebelum tembok itu runtuh, di tepi Timur Jerman kita mendapati banyak manusia yang oleh Freira dalam pendidikan kaum tertindas di sebut sebagai manusia-manusia “membisu”, yang tidak ada kata apalagi dialog dan tidak ada daya, dalam tindakan refleksi (Freire, 2008) . Peristiwa runtuhnya tembok Berlin merupakan simbol dimana kebebasan bagi semua orang yang terbelenggu pada kekaisaraan Soviet. Kejadian itu begitu besar sehingga mempengaruhi dan merubah kekuasaan di seluruh dunia ke arah demokratis, meritokrasi, dan egaliter. Peristiwa runtuhnya tembok Berlin tidak hanya menimbulkan pilihan pada kecenderungan pasar bebas tetapi membebaskan jutaan orang di belahan dunia seperti India, Brazil, China dan negara bekas kekaisaran Soviet lainnya untuk mendepatkan kehendak bebas dalam berkarya dan berkontribusi pada masyarakat dan negara. Sebelumnya, kepentingan ekonomi berlandaskan pada kepentingan segelintir orang. Namun, sejak runtuhnya tembok Berlin kepentingan ekonomi suatu bangsa ditentukan oleh kepentingan negara, permintaan global, dan aspirasi masyarakat. (Friedman, The World Is Flat, 2009).
Tembok itu runtuh dan merubah tidak hanya Jerman, namun meluas ke seluruh Eropa yang melahirkan standar umum baru dalam perekonomian seperti pengelolaan perbankan, teknologi PC (Personal Computer) dengan windows 3.0 yang mulai di pasarkan pada tahun 1990 , danteknik penyusunan karya-karya ilmiah di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Peran ilmu pengetahuan, sains dan teknologi dalam meruntuhkan tembok Berlin melahirkan kemajuan pada teknologi informasi dan komunikasi sehingga orang Jerman Timur mengetahui kehidupan yang lebih bebas di Jerman Barat. Pengaruh perkembangan sains dan teknologijuga berdampak pada kemajuan militer dan ruang angkasa di Jerman Barat yang mempu melemahkan ekonomi Uni Soviet serta sekutunya termasuk Jerman Timur. Pada bidang ilmu pengetahuan sosial dan politik juga mengalami kemajuan dimana masyarakat, intelektual dan aktivis di Jerman Baratyang pro demokrasi lebih memahami tentang keadilan dan kekuasaan sehingga memunculkan pikiran-pikiran kritis dan menentang rezim otoriter. Hingga saat ini, ilmu pengetahuan,sains, dan teknologi berhasil membawa Jerman sebagai sebuah negara dengan ekonomi terbesar di Eropa. Tentu ada pengorbanan yang besar untuk pencapaian ini. Jerman menginvestasikan sebesar US$143,1 miliar untuk bidang research and development (R&D) menurut Lembaga R&D World di tahun 2022 (Santika, 2023).
Jerman juga membangun pusat-pusat penelitian seperti akselerator, wahana antariksa, teleskop, kapal penelitian dan super komputer. Terdapat pula pabrik fusi nuklir yang terbesar dan termoderen didunia untuk menguji fusi inti atom ringan yang dapat digunakan sebagai sumber energi baru umat manusia. Bahkan pada 2019 Jerman menggabungkan tiga proyek baru yang bertujuan untuk berkontribusi terhadap penyelasaian masa depan dan penting dalam penelitian iklim, obat-obatan, dan material. Proyek-proyek ini diberi prioritas strategis dan dukungan secara politik oleh negara untuk sektor penelitian bahkan diberikan tambahan dalam pendanaanyaoleh pemerintah dan investor swasta. Jerman begitu menghargai dan pro terhadap kegiatan penelitian dan menjadikan hasil riset sebagai basis dalam menentukan kebijakan publik (Federal Ministry of Education and Research, 2024) .
Di Jerman, layanan riset merupakan bagian yang penting dalam mendukung kerja-kerja lembaga negara dalam merumuskan kebijakan publik. Riset menyediakan informasi seperti analisis, pendapat para ahli dan forecasting . Semua proyek-proyek riset di rencanakan dengan baik dan mendapatkan dukungan penuh oleh pemerintah dan investor. Pemerintah Jerman mengubah kebiasaan dalam menjalankan pemerintahan. Sebelum tembok Berlin runtuh kebijakan publik dan peraturan bersumber dari selera, insting, dan pertimbangan mitos para pemimpin otoriter yang berkuasa. Saat ini, aspirasi masyarakat, ilmu pengetahuan, sains dan teknologi di Jerman sebagai basis utama dalam memutuskan kebijakan dan sebagai kunci utama dalam pertumbuhan ekonomi Jerman yang mampu menjadikan Jerman sebagainegara dengan PDB (produk domestik bruto) ketiga terbesar di dunia yakni sebesar US$4.03 trillion menurut IMF tahun 2023 (Ahdiat, 2023) .
Kejadian yang sama terjadi di belahan dunia lain, yakni China. Kita tau bahwa China juga memiliki tembok yang panjangnya sekitar 21,196.18 kilometer. Berbeda dengan tembok berlin di Jerman yang runtuh karena tuntutan perubahan oleh masyarakat yang tertindas oleh rezim otoriter yang despotik. Tembok China sampai saat ini masih berdiri kokoh dan sebagai simbol kejayaan China era dinasti-dinasti. Dalam kasus China, tembok yang penulis maksud bukanlah tembok China yang oleh UNESCO masuk dalam daftar situs warisan dunia. Tetapi tembok istana kediktatoran era MaoZedong. Perubahan di China terjadi sejak kepemimpinan Deng Xiaoping. Deng mengatakan bahwa “menjadi kaya adalah sesuatu yang mulia” sejak itu Deng meletakan China berada di jalur pasar bebas maka runtuhlah tembok kediktatoran yang dibangun oleh Mao. China dibawah kepemimpinan Mao tertutup dan terisolasi. Mao menjadi tembok penghalang bagi kemajuan masyarakatnya sendiri. Di era kepemimpinan Deng Xiaoping China berhasil melepaskan dirinya dari belenggu dan dekadensi kediktatoran karena bagi Deng permasalahanya bukan lagi pada ideologi negara tetapi pada penghasilan dan pekerjaan. Bagi Deng “tidak penting kucing hitam, atau kucing putih yang terpenting adalah bahwa kucing tersebut dapat menangkap tikus”. Maka pada desember 2001 China meruntuhkan tembok kediktatoran era Mao yang menutup negaranya dari interaksi global ditandai dengan bergabungnya China pada World Trade Organization (WTO) dan sepakat menjadi negara terbuka. Bill Gates mengatakan “orang China berani mengambil resiko, bekerja keras dan berpendidikan. Para politisi China adalah ilmuan dan insinyur, anda dapat mendiskusikan masalah masalah angka dengan mereka – anda tidak mendapati diskusi”. “Berikan kepadaku sebuah ukuran yang dapat dipakai untuk mempermalukan (lawan – lawan politikku). Anda akan bertemu dengan seorang birokrat yang cerdas (Friedman, 2009) . Sejak tahun 1977 kebijakan pemerintah Tiongkok setelah revolusi kebudayaan adalah kebijakan yang pro sains dan teknologi.
Deng Xiaoping membangun ekonomi China yang bergantung pada sains dan teknologi. Sains dan teknologi harus berorientasi pada pertumbuhan ekonomi untuk melayani pembangunan. China menjadi negara terbesar kedua dalam investasi di bidang penelitian dan pengembangan (R&D) yakni sebesar US$551,1 miliar menurut Lembaga R&D World tahun 2022 (Santika, 2023) . Pemerintah China dalam menjalankan pemerintahan menggunakan riset sebagai pijakan dalam pengambilan keputusan dan menjadikan basis dalam merumuskan kebijakan publik. Hal inilah yang membuat China sangat ambisius dalam mengembangkan fasilitas-fasilitas penelitian yang lengkap bahkan saat ini China telah membangun bulan buatan untuk penelitian yang memungkinkan para ilmuan melakukan simulasi. PemerintahChina menjadikan sains dan teknologi sebagai kunci utama dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial yang akhirnya membawa China menjadi negara dengan PDB kedua tertinggi yakni sekitar US$17,7 triliun di tahun 2023 menurut IMF (Ahdiat, 2023) .
Bagimana dengan Indonesia?
Indonesia memiliki lembaga-lembaga penelitian yang cukup banyak diantaranya seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) setidaknya lembaga-lembaga penelitian tersebut merupakan milik pemerintah dan masih banyak lagi lembaga penelitian non-pemerintahan yang bergerak di berbagai sektor penelitian. Jumlah perguruan tinggi di Indonesia juga begitu banyak sekitar 4004 perguruan tinggi yang juga memiliki lembaga riset. Seharusnya lembaga-lembaga tersebut memiliki peran yang vital dalam pengembangan sains dan teknologi di Indonesia melalui riset yang bermutu dan berguna untuk pengambilan keputusan dan kebijakan, pemecahan masalah, inovasi, evaluasi dan peningkatan kualitas hidup di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Sebaliknya, hasil dari riset lembaga-lembaga penelitian di Indonesia baik itu milik pemerintah, non-pemerintah dan universitas hanya sekedar lembaran publikasi ilmiah yang tidak terkonversi menjadi sesuatu yang bermanfaat dan aplikatif. Permasalahannya apakah pada hasil riset yang buruk? Atau randahnya kesadaran kita dalam menggunakan riset diberbagai sektor kehidupan? Kedua pertanyaan tersebut akan terjawab apabila kita mau melakukan perubahan.
Pada tahun 2022 Indonesia dalam gross expenditure on research and development menurut Lembaga R&D World di tahun 2022 hanya sebesar 0.24% jauh dari rasio minimal yakni 1% (Santika, 2023) . Angka tersebut menunjukan bahwa Indonesia belum memiliki komitmen dalam pengembangan sains dan teknologi di negaranya melalui penguatan lembaga riset. Padahal kemajuan sains dan teknologi di suatu negara merupakan bagian integral dari kemajuan ekonomi negara.Maka perlu adanya booster pendanaan pada lembaga-lembaga penelitian, perbaikan pada tata kelola lembaga-lembaga penelitian, mendorong dan melibatkan swasta dalam berinvestasi di sektor pengembangan sains dan teknologi melalui lembaga-lembaga pendidikan dan penelitian, pembangunan infrastruktur pendidikan dan lembaga penilitian serta kemudahan bagi para peneliti dalam mengakses dana riset.
Faktor penting lainnya adalah mendorong iklim kompetisi antar universitas dan antar lembaga penelitian di Indonesia. Sebagaimana negara-negara maju, iklim kompetisinya terlihat sangat kuat dalam program-program riset. Dalam membangun iklim kompetisi setidaknya dimulai dengan beberapa langkah-langkah kecil seperti memberikan promosi dan mutasi. Para ilmuan yang berprestasi dipromosikan ke lembaga-lemabaga penelitian milik pemerintah seperti LIPI dan BRIN bahkan dipromosikan sebagai komisaris di BUMN tentunya harus sesuai dengan kualifikasi. Sebaliknya, para peneliti yang ada di BRIN, LIPI dan lembaga peneliti lainnya yang kurang berprestasi dimutasike universitas. Selanjutnya, membuat kegiatan-kegiatan lomba penelitian di berbagai bidang. Para peneliti mengajukan proposal penelitian yang kemudian diuji secara terbuka. Proposal terbaik akan memperoleh akses pendanaan untuk melaksanakan riset tersebut. Hasil dari riset terbaik juga dimanfaatkan oleh pemerintah dalam program dan proyek yang akan dilaksanakan.
Indonesia harus berubah dan mau belajar dari Jerman dan China dalam membangun negara melalui pengembangan sains dan teknologi karena, industri akan datang ke tempat yang memiliki pusat penelitian yang besar. Investasi di bidang sains dan teknologi adalah investasi jangka panjang yang berbeda dengan berinvestasi di sektor barang dan jasa yang tangible . Investasi di bidang sains dan teknologi melalui riset dan pengembangan (intangible investment) menghasilkan pengetahuan bagi masyarakat untuk memiliki daya cipta yang inovatif sehingga mampu merubah nasib hidupnya dan pemerintah adalah investor utamanya.
Perubahan memang berat. Perubahan terasa berat bagi mereka yang tidak siap dan tidak bisa berubah. Namun perubahan itu alami. Perubahan bukan sesuatu yang baru. Perubahan itu penting (Friedman, The World Is Flat, 2009) . Perubahan yang di maksud bukan “perubahan” semu ala golongan politik yang sering kita dengar akhir-akhir ini. Perubahan yang penulis maksud disini adalah perubahan perjalanan sejarah sebuah negara yang dipimpin oleh rezim despotik yang kemudian berubah akibat masyarakatnya tercerahkan oleh sains dan teknologi. perubahan itu terjadi akibat kontribusi dari kemajuan sains dan teknologi yang signifikan melalui aspek sosial, ekonomi, dan politik.
Melalui tulisan ini penulis ingin mengajak kita semua untuk mencari kesejajaran masa kini dan masa depan dalam perjalanan sejarah Indonesia. tantangan utama yang dihadapi Indonesia di masa depan adalah kenyataan bahwa di masa kini perubahan itu terjadi detik per detik di semua sektor kehidupan, yang perlu disadari adalah bukan pada apa yang telah berubah melainkan, menyadari apa yang belum berubah.Kita harus memilih manakah hal-hal yang layak di pertahankan dan hal-hal mana yang harus dibuang serta apa yang harus diadopsi dan diadaptasi untuk memaksimalkan keuntungan dan kesempatan di era digital. Saat ini dan masa depan persaingan bukan lagi antar negara versus negara tetapi individu versus individu yang melampaui sekat geografis.
Tujuan utama di masa penjajahan adalah mendirikan sebuah negara yang kuat. Tetapi membentuk individu-individu yang kuat adalah cita-cita yang harus di wujudkan dimasa depan untuk menjawab berbagai tantangan global. Kebiasaan bergantung pada menjual sumber daya alam dalam bentuk apapun harus perlahan kita tinggalkan dan membentuk sebuah negara yang memberikan lebih banyak lagi harapan, pendidikan, dan keterampilan kepada setiap orang Indonesia untuk dapat bersaing dengan orang lain di era digital sebelum kutukan sumber daya alam (resource curse) secara total terjadi. Tantangan ini menuntut presiden baru yang akan memerintah nanti merubah bangsanya menjadi pintar dan maubelajar dengan keras khususnya dalam bidang sains dan teknologi untuk mendapatkan pengetahuan baru dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi negara.
Setiap orang menginginkan pertumbuhan ekonomi, tapi tak satupun yang menginginkan perubahan.
- Paul Romer (Pakar Ekonomi New York University)
Referensi
Ahdiat, A. (2023, 12 13). https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/12/13/indonesia-masuk-20-negara-dengan-ekonomi-terbesar-global-2023 . Retrieved from katadata.co.id: https://databoks.katadata.co.id/datapublish
Federal Ministry of Education and Research. (2024, 08 29). https://www.research-in-germany.org/en/research-landscape/research-institutions/academies-of-sciences-and-humanities.html . Retrieved from research-in-germany.org: https://www.research-in-germany.org/en/research-landscape/research-institutions/academies-of-sciences-and-humanities.html
Freire, P. (2008). Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES.
Friedman, T. L. (2009). The World Is Flat. Jakarta: Dian Rakyat.
Friedman, T. L. (2009). The World Is Flat. Jakarta: Dian Rakyat.
Friedman, T. L. (2009). The World Is Flat. Jakarta: Dian Rakyat.
Santika, E. F. (2023, 04 03). https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/04/03/10-negara-dengan-anggaran-riset-terbesar-pada-2022-bagaimana-posisi-indonesia . Retrieved from katadata.co.id: https://databoks.katadata.co.id/